The Role of Religion and Spirituality in Development of
Character
By Muh Hamim
NIM 10110254
Hakikat Pendidikan
1.
Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu system yang
memproses peserta didik menjadi manusia yang memiliki potensi, kompetensi, dan
kualitas fisik, intelektualitas , spiritual, serta sikap dan perilaku yang
lebih baik
2.
Kualitas produk pendidian selalu dipengaruhi oleh factor
instrumental dan factor sosio cultural
Tugas dan Peran Pendidikan
Dalam paradigm Islam, pendidikan mempunyai fungsi dan tugas.
Yaitu :
a.
Transfer of belief
b.
Transfer of knowledge
c.
Transfer of value
d.
Transfer of skill
Pendidikan karakter merupakan bagian integral dalam
pandangan pendidikan Islam, (terdiri dari keimanan, spiritual, moral dan etika)
Setiap agama setidak-tidaknya mempunyai pilar-pilar
doktrin yang mempengaruhi pandangan, sikap dan perilaku pemeluknya yaitu :
a.
Berupa credo (aqidah/keyakinan)
b.
Berupa ritus (ibadah)
c.
Berupa moral
Agama Islam mempunyai pilar lain yang besar
pengaruhnya terhadap sikap dan perilaku pemeluknya yakni berupa Islamic law (Syari’ah)
dan berupa spiritualitas (tasawuf)
Arus globalisasi telah membentuk masyarakat global
dengan cirri-ciri
a.
Masyarakat yang terbuka tanpa batas (borderless
society)
b.
Masyarakat ilmiah (scientific society) yang kritis dan
rasionalis
c.
Masyarakat yang materialis dan hedonis (materialistic
and hedonistic society)
d.
Masyarakat yang serba bersaing (mega competitive
society)
e.
Masyarakat yang dekaden dan liberalis (decadent and
liberalistic society)
Pembentukan dan pelestarian karakter bangsa dapat
dijalankan melalui beberapa cara. Yaitu :
1.
Melalui factor genetika (fitrah)
2.
Melalui internalisasi nilai-nilai agama
3.
Melalui pendidikan dan pembiasaan
4.
Melalui lingkungan sosio-kultural (keluarga,
masyarakat dan budaya)
5.
Melalui pengaruh keteladanan pemimpin, elit masyarakat
dan pejabat
6.
Melalui rekayasa politik
Ada beberapa basis pendidikan karakter yaitu :
a.
Pendidikan karakter berbasis nilai-nilai religious (konservasi
nilai-nilai suci)
b.
Pendidikan karakter berbasis nilai-nilai budaya
(konservasi cultural)
c.
Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konsevari
good environment)
d.
Pendidikan karakter berbasis potensi diri (konservasi
humanis)
Sampai sekarang pendidikan Islam di dunia masih
mengalami ketertinggalan dalam banyak hal, antara lain :
1.
Kuantitatif dan kualitas SDM kependidikan yang masih
terbatas
2.
Metodologi dan teknologi pendidikan belum canggih
3.
Lemahnya jaringan institusi dan informasi kependidikan
4.
Kualitas manajemen pendidikan yang belum memuaskan
5.
Lemahnya program dan pendanaan research serta
penulisan ilmiah
Di satu sisi lain, pendidikan juga mengalami perubahan
dan beberapa tantangan yaitu :
1.
Ilmu pengetahuan dan teknologi mengambil posisi
sentral mempengaruhi bukan saja gaya hidup sehari-hari manusia, tetapi juga mempengaruhi
nilai-nilai agama, moral dan seni
2.
Nilai agama dan moral akan berlangsung tertantang dan
tidak mustahil akan menimbulkan system nilai baru yang berbeda dari apa yang
dikenal selama ini
3.
Pengaruh teknologi yang semakin menguasai pola hidup
manusia sehari-hari, tidak lagi menjadi masalah di lingkungan masyarakat
teknologi, tetapi meluas menjadi masalah etis dan estetis, yang memerlukan
re-interpretasi dan rekontekstualisasi
2. Opinion
Memang sangat benar yang dikatakan dan yang dipikirkan
beliau. Sama seperti Naquib Al-attas. Pemikir pendidikan dengan
dewesternisasinya dan ta’dibnya.
Ada beberapa asset yang memang harus diperhatikan,
yaitu asset intelektual, asset social, asset financial, asset manajerial, dan
asset jaringan. Kesemua asset itu mempunyai peranan penting dalam pendidikan
(khususnya di Indonesia).
Beberapa permasalahan yang tidak begitu kelihatan juga
menjadi salah satu masalah pendidikan di dunia ini. Banyak tantangan telah muncul di tengah-tengah
kebingungan manusia di sepanjang sejarah, tetapi barangkali tidak ada yang
lebih serius dan lebih merusak ke atas manusia dari tantangan yang dibawa
peradaban Barat hari ini. Saya berani mengatakan tantangan terbesar yang
muncul secara diam-diam pada zaman kita adalah tantangan ilmu, sesungguhnya
bukan sebagai lawan kebodohan, tetapi ilmu yang dipahami dan disebarkan ke
seluruh dunia oleh peradaban Barat; hakikat ilmu telah menjadi bermasalah
karena ia telah kehilangan tujuan hakikinya akibat dari pemahaman yang tidak
adil. Ilmu yang seharusnya menciptakan keadilan dan perdamaian, justru
membawa kekacauan dalam kehidupan manusia; ilmu yang terkesan nyata, namun
justru menghasilkan kebingungan dan skeptisisme, yang mengangkat keraguan dan
dugaan ke derajat 'ilmiah' dalam hal metodologi dan menganggap keraguan sebagai
sarana epistemologi yang paling tepat untuk mencapai kebenaran; ilmu yang untuk
pertama kalinya dalam sejarah itu telah membawa kekacauan ke tiga pemerintah
alam: hewan, tanaman dan bahan galian. Butuh untuk saya tekankan di sini
bahwa ilmu itu tidak netral, dan tentu saja dapat dimasuki dengan suatu sifat
dan konten yang menyamar sebagai ilmu. Tetapi hakikatnya, jika diamati
secara keseluruhan, ia bukanlah ilmu yang benar, melainkan hanya berupa
tafsiran-tafsiran melalui prisma pandangan alam, sebuah pandangan intelektual
dan persepsi psikologi dari peradaban yang memainkan peran kunci dalam
perumusan dan penyebarannya pada saat ini. Apa yang dirumuskan dan
disebarkan adalah ilmu yang dimasuki karakter dan kepribadian peradaban itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Masukkan Komentar Disini :)